Make More Your Money

Thursday, July 17, 2008

Ketika Cinta Terurai Menjadi Perbuatan


Kulitnya hitam. Wajahnya jelek. Usianya tua.
Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya? Tapi ia segera kembali pada tekadnya. Ia sudah memutuskan untuk menikahi dan mencintai perempuan itu. Apapun resikonya.

Suatu saat perempuan itu berkata padanya, "Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari wanita idamanmu, aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah menikah dan menjadi seorang istri." Tapi lelaki itu malah menjawab, "Aku sudah memutuskan untuk mencintaimu.
Aku takkan menikah lagi."

Semua orang terheran-heran. Keluarga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luar biasa. Bertahun-tahun kemudian orang-orang menanyakan rahasia ini padanya. Lelaki itu menjawab enteng, "Aku memutuskan untuk encintainya. Aku berusaha melakukan yang terbaik. Tapi perempuan itu melakukan semua kebaikan yang bisa ia lakukan untukku. Sampai aku bahkan tak pernah merasakan kulit hitam dan wajah jeleknya dalam kesadaranku. Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang melupakan aku pada fisik."

Begitulah cinta ketika ia terurai jadi perbuatan. Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati... terkembang dalam kata... terurai dalam perbuatan...

Kalau hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya.
Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan
dan tidak nyata...

Kalau cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon;
akarnya terhunjam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan.
Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh perbuatan.

Semakin dalam kita merenungi makna cinta, semakin kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa
integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.

Rahasia dari sebuah hubungan yang sukses bertahan dalam waktu lama adalah pembuktian cinta terus menerus. Yang dilakukan para pecinta sejati disini
adalah memberi tanpa henti. Hubungan bertahan lama bukan karena perasaan cinta yang bersemi di dalam hati, tapi karena kebaikan tiada henti yang
dilahirkan oleh perasaan cinta itu. Seperti lelaki itu, yang terus membahagiakan istrinya, begitu ia memutuskan untuk mencintainya. Dan istrinya, yang terus menerus melahirkan kebajikan dari cinta tanpa henti.

Cinta yang tidak terurai jadi perbuatan adalah jawaban atas angka-angka
perceraian yang semakin menganga lebar dalam masyarakat kita.*



www.dudung.net

Wednesday, April 2, 2008

.:: Karena Cinta ::.

Bismillah...

Disebabkan oleh cinta
Tunas itu tumbuh menjadi pohon
Menghiasi taman
Dan burung pun bersarang di dahan

Disebabkan oleh cinta
Mentari itu bersinar
Ditemani awan berarak-arakan
Dan berganti rembulan di kala malam

Disebabkan oleh cinta
Hujan itu turun
Memberi bumi kehidupan
Agar insan bersyukur

Disebabkan oleh cinta
kita saling berkorban
demi kebahagiaan saudara tersayang

dan karena cinta
sepasang insan
merajut asa dan cita demi menggapai ridhoNya

dan karena cintaNya pula
kita dipertemukan dalam riak ujian
yang silih berganti menerpa

ya...karena cintaNya
yang akan membawa kebahagiaan dalam penantian di ujung sana
sahabat sejatiku...

dan dimanapun berada sekarang...
apapun takdir yang telah Dia gariskan
pasti itu semua karena cintaNya....

Monday, February 11, 2008

Ikatan Manusia

Manusia oleh Allah swt dibekali dengan kebutuhan fisik (hajat al-udhawiyyah) dan naluri (gharizah). Untuk memenuhi kebutuhannya ternyata manusia tidak bisa mengadakannya selalu oleh diri sendiri, namun kadang membutuhkan pertolongan orang lain. Hal ini membuktikan kelemahan dan keterbatasan manusia sebagai makhluk.

Kebutuhan untuk memenuhi naluri lapar,haus, mempertahankan diri, mempertahankan keturunan,menginginkan rasa aman, mencari ketentraman serta ekspresi manusia lainnya melahirkan sebuah interaksi dengan manuai lainnya. Inilah kenapa orang barat menyebut manusia sebagai homo socius (manusia social, manusia bermasyarakat). Dari interaksinya dengan manusia lain ini melahirkan sebuah masyarakat, sebuah bangsa, hingga sebuah peradaban , semisal peradaban Yunani, Romawi, Islam, dll.

Bagaimana manusia bisa terikat satu sama lain dalam kehidupan ini?Apabila kita lihat ternyata banyak ragam orang bersatu atau mengikatkan diri dalam suatu wadah (organisasi, kesukuan, paguyuban, Negara, dll). Berikut ikatan-ikatan mempersatukan manusia dengan manusia lain:

1.Ikatan Nasionalisme
Ikatan ini terjadi ketika manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tidak beranjak dari situ. Naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempat dimana mereka hidup dan menggantungkan diri. Dari sinilah cikal bakal tumbuhnya ikatan nasionalisme.
Ikatan semacam ini muncul ketika ada ancaman pihak asing yang hendak menyerang atau menaklukkan suatu negeri. Tetapi bila suasananya aman dari serangan musuh atau musuh tersebut dapat dilawan dan diusir dari negeri itu, sirnalah kekuatan ini. Karena itu, ikatan ini rendah nilainya.

2. Ikatan kesukuan (sukuisme)
Ikatan ini tumbuh di tengah- tengah masyarakat pada saat pemikiran manusia mulai sempit. Ikatan ini mirip dengan ikatan kekeluargaan, hanya sedikit lebih luas. Munculnya ikatan kesukuan karena manusia pada dasarnya memiliki naluri mempertahankan diri, kemudian dalam dirinya mencuat keinginan untuk berkuasa. Keinginan itu muncul hanya pada individu yang rendah taraf berfikirnya.
Apabila kesadarannya meningkat dan pemikirannya berkembang, maka bertambah luaslah wilayah kekuasaannya, sehingga timbul keinginan keluarga dan familinya untuk berkuasa. Keinginan tersebut terus melebar sesuai dengan perkembangan pemikirannya, sampai suatu saat timbul keinginan sukunya berkuasa di negeri tersebut. Apabila mereka telah mendapatkan kekuasaan itu, ia pun ingin sukunya menguasai bangsa-bangsa yang lain. Inilah yang menjadi penyebab timbulnya berbagai pertentangan lokal antar individu dalam sebuah keluarga yang saling berebut pengaruh. Keadaan seperti ini menimbulkan rasa fanatisme golongan (ta’ashub) dalam diri anggota ikatan ini. Mereka dikuasai oleh hawa nafsu dalam usahanya membela anggotanya terhadap anggota suku yang lain. Dengan demikian, ikatan semacam ini tidak sesuai dengan martabat manusia.

Ikatan ini senantiasa menimbulkan berbagai pertentangan intern, kalau tidak disibukkan dengan berbagai perselisihan dengan pihak luar (keluarga, suku, bangsa, dan lain-lain).
Berdasarkan hal ini, ikatan nasionalisme merupakan ikatan yang rusak (tabi’atnya buruk) karena tiga hal:

1) Karena mutu ikatannya rendah, sehingga tidak mampu mengikat antara manusia satu dengan yang lainnya untuk menuju kebangkitan dan kemajuan.
(2) Karena ikatannya bersifat emosional, yang selalu didasarkan pada perasaan yang muncul secara spontan dari naluri mempertahankan diri, yaitu untuk membela diri. Di samping itu ikatan yang bersifat emosional sangat berpeluang untuk berubah-ubah, sehingga tidak bias dijadikan ikatan yang langgeng antara manusia satu dengan yang lain.
(3) Karena ikatannya bersifat temporal, yaitu muncul saat membela diri karena datangnya ancaman. Sedangkan dalam keadaan stabil, yaitu keadaan normal, ikatan ini tidak muncul. Dengan demikian, tidak bisa dijadikan pengikat antara sesama manusia.

Demikian pula halnya dengan ikatan kesukuan termasuk ikatan yang rusak karena tiga hal:
(1) Karena berlandaskan pada qabilah/keturunan, sehingga tidak bisa dijadikan pengikat antara manusia satu dengan yang lainnya menuju kebangkitan dan kemajuan.
(2) Karena ikatannya bersifat emosional, selalu didasarkan pada perasaan yang muncul secara spontan dari naluri mempertahankan diri, yang didalamnya terdapat keinginan dan ambisi untuk berkuasa.
(3) Karena ikatannya tidak manusiawi, sebab menimbulkan pertentangan dan perselisihan antar sesama manusia dalam berebut kekuasaan. Karena itu, tidak bisa menjadi pengikat antara sesama manusia.
Selain ikatan-ikatan yang rusak tadi, masih terdapat ikatan lain yang dianggap oleh sebagian orang sebagai alat untuk mengikat anggota masyarakat, yaitu “ikatan kemaslahatan” dan ikatan kerohanian. yang tidak memiliki suatu peraturan.

3. Ikatan kemaslahatan/kepentingan
Ikatan kemaslahatan adalah ikatan yang sifatnya temporal . Hal ini disebabkan adanya peluang tawar menawar dalam mewujudkan kemaslahatan mana yang lebih besar, sehingga eksistensinya akan hilang begitu satu maslahat dipilih atau didahulukan dari maslahat yang lain. Apabila kemaslahatan itu telah ditentukan, berakhirlah persoalannya. Kemudian orang-orangnya pun membubarkan diri, karena ikatan itu berakhir tatkala maslahat telah tercapai. Jadi, ikatan ini amat berbahaya bagi para pengikutnya.

4. Ikatan kerohanian
Adapun ikatan kerohanian yang tidak memiliki peraturan, aktifitasnya hanya terlihat dari kegiatan spiritual saja. Ikatan ini tidak nampak dalam kancah kehidupan, bersifat parsial (terbatas pada aspek kerohanian semata) yang tidak berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga tidak layak menjadi pengikat antar manusia dalam seluruh aspek kehidupannya. Dari sini jelas bahwa akidah yang dianut kaum Nashrani tidak dapat dijadikan pengikat antar bangsa-bangsa Eropa, walaupun semuanya menganut akidah tersebut, karena tergolong ikatan kerohanian yang tidak memiliki peraturan hidup sama sekali.

5. Ikatan Idiologis
Seluruh ikatan tadi (Ikatan 1-4) adalah ikatan yang lemah dan tidak layak dijadikan pengikat antar manusia dalam kehidupannya, apalagi untuk meraih kebangkitan dan kemajuan. Ikatan yang benar untuk mengikat manusia dalam kehidupannya adalah aqidah aqliyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan peraturan hidup menyeluruh. Inilah yang disebut sebagai ikatan ideologis (berdasarkan pada suatu mabda/ideologi.) Apabila kita telusuri dunia ini, kita hanya menjumpai tiga mabda (ideologi). Yaitu Kapitalisme, Sosialisme termasuk Komunisme, dan Islam.

Dua mabda pertama, masing-masing diemban oleh satu atau beberapa negara. Sedangkan mabda yang ketiga yaitu Islam, tidak diemban oleh satu negarapun. Islam diemban oleh individu-individu dalam masyarakat. Sekalipun demikian, mabda ini tetap ada di seluruh penjuru dunia.


* * *
(Ibn Khaldun Aljabari, 2 Februari 2007)
Referensi : Buku “ Peraturan Hidup Dalam Islam” karya Syeikh Taqiyiddin An Nabhani

Tuesday, January 29, 2008

Iseng duaaaank




"Seorang mukmin mestinya harus sedih disetiap Pagi dan Sore hari,dan tidak ada yang pantas baginya selain itu. Karena dirinya senantiasa dihimpit oleh dua KEKHAWATIRAN: Pertama, DOSA dimasa lalu dan dia tidak tau apa yang akan Alloh perbuat terhadap dirinya atas DOSA yang pernah ia perbuat.Kedua,dengan umurnya yang tersisa dan dia tidak tau DOSA besar apa yang bakal diperbuatnya dikemudian hari"
.::(Hilyatul Auliyaa, 1/264)::.

Monday, January 28, 2008

Kidung Bumi - Fully feat Vagabond

Kidung Bumi - Fully feat Vagabond


Yang kelabu Hening telaga biru
Berubah menjadi ungu senja
Tak terkikis batu hitam kelam
Di atas tegak tebing yang bersahaja
Semburat warna-warni cakerawala
Adalah lukisan terindah
Rindu air pada muara
Setelah lelah berliku


Chorus
Kepada-Nya embun-embun pagi dan kabut malam hari berdoa
Memohonkan ampun bagi siapa saja dan bersimpuh lantunkan rasa
Hidup pada-Nyayang setia cahaya nan agung
Menebar picar hangati maya pada
Belai angin pada dedaunan
Ingatkan kembang untuk tetap merekahManjakan penghuni perebut karunia
patuhi titah-Nya Sang Perkasa


Rangkuli kicau jagat raya
Sampai masa tak berdegup
Tak pernah bumi ini mengadu
Walau terinjak bertapak
Namun tetap tumbuh
Gembita puja-puji semesta
Selaraskan pengakuan Pada Dia Yang Esa