Make More Your Money

Sunday, September 23, 2007

Kerendahan Hati


Wahai Hatiku ...jujurlah...
Kalau engkau tak sanggup menjadi cemara yang kokoh di puncak bukit ...
jadilah saja belukar yang teguh di tepi jurang...
Belukar yang senantiasa istiqomah dalam perjuangannya untuk hidup...
Ia belajar dari kesehariannya untuk mendewasakan batangnya,
batangnya yang menyanggahnya untuk tidak masuk ke dalam jurang...

Wahai Hatiku...ketahuilah!!!
Ternyata untuk menjadi belukar saja itu tidak mudah!!!
Belukar harus ikhlas agar ia tak iri pada cemara...
Belukar harus tawadhu agar ia tak sombong pada rumput...
Belukar tetap belukar sampai ia bisa berjumpa dengan Penciptanya...

Kalau engkau tak sanggup jadi belukar...jadilah saja rumput, tetapi rumput yang senantiasa memperkuat pinggiran jalan...
Kalau engkau tak sanggup menjadi langit...jadilah saja bumi,
tetapi bumi yang setia dan ikhlas untuk dipijaki oleh setiap manusia.

Yaa Robb jadikanlah Rendah hatiku seperti Rosul-Mu yang tercinta....
Allohumaj'alniy Minal Mukhlisiin... Yaa Alloh mampukan hamba untuk menjadi orang yang ikhlas, Allohummaj'Alniy Minashoobiriin...Yaa Alloh mampukan hamba untuk menjadi orang yang sabar memang dua kata ini SABAR dan IKHLAS sangat sederhana tapi banyak orang yang tidak sanggup untuk mencapainya Yaa Robb maka hamba memohon kepada-Mu untuk memampukan diri ini agar dapat menggapainya dan sanggup melakukannya....Allohummaj'alniy minashoolihin....Yaa Alloh mampukan hamba untuk menjadi hamba-Mu yang sholeh...dan kumpulkanlah hamba bersama orang-orang yang sholeh dan bersama orang-orang yang hamba cintai kelak diakhirat ditempat yang paling mulia dan penuh dengan keindahan yang tak pernah sama sekali terlintas dalam benak dan fikiran manusia mengenai keindahannya karena hamba yakin tempat itu sungguh sangat indah dan dapat memebrikan kebahagian tida tara bagi siapa saja yang dapat menghuni tempat itu....izinkan hamba untuk menjadi salah satu penghuni tempat itu yaa Robb...sungguh hamba sangat memohon belas kasih-Mu Yaa Rohmaan..Yaa Rohiiim...Allohumma Amiiin Yaa Robbal 'Alamiin.

Friday, September 21, 2007

Mestica - Layar Keinsyafan

-Layar Keinsafan-

Sepi benar senja ini
Bayunya semilir, menganak ombak kecil
Jalur ufuk pula mengemas terang
Kapal dan layar terkapar

Mengapa nantikan senja
Barukan terdetik, pulang ke pengkalan
Gusar malam menghampiri
Ku tewas di lautan

Tuhan layarkanku ke arah cintaMu
Tuntuniku menggapai redhaMu
Rimbunan kasihMu ku berteduh
KepadaMu ya Tuhan
Berikan secebis keinsafan
Bekalan sepanjang perjalanan
Mencari ketenangan

c/o
Biar Kau menjadi saksi
Tulus tangisku kala dini hari
Kesempatan yang hanya sebentar
Moga keikhlasanku terlakar
Berikanlah ku hidayah
Agar dikuatkan iman yang lemah
Moga diberkati hidup ini
Menuju bahagia yang kekal abadi

PadaMu Tuhan
Kan kuserahkan cinta kepadaMu

Tuhan layarkanku ke arah cintaMu
Tuntuniku menggapai redhaMu
Rimbunan kasihMu ku berteduh
KepadaMu ya Tuhan
Berikan secebis keinsafan
Bekalan sepanjang perjalanan
Mencari ketenangan

c/o
Biar Kau menjadi saksi
Tulus tangisku kala dini hari
Kesempatan yang hanya sebentar
Moga keikhlasanku terlakar
Berikanlah ku hidayah
Agar dikuatkan iman yang lemah
Moga diberkati hidup ini
Menuju bahagia yang kekal abadi

Harapanku moga dikurniakan
Manisnya iman berpanjangan
Moga lautan hilang gelora

Monday, September 17, 2007

Mutiara Cinta



Mutiara Cinta

Jika kita mencintai seseorang...,
kita akan senantiasa mendo'akannya
walaupun dia tidak berada disisi kita.

Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan,
dua tangan untuk memegang,dua telinga
untuk mendengar dan dua mata untuk melihat.
Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan
sekeping hati pada kita ?
Karena Alloh telah memberikan sekeping lagi hati
pada seseorang untuk kita mencarinya.
Itulah Cinta ...

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal
jika kamu masih mau mencoba.
Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup.
Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi,
jika kamu masih tidak dapat melupakannya.

Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan,
walaupun mereka telah dikecewakan.
Kepada mereka yang masih percaya,
walaupun mereka telah dikhianati.
Kepada mereka yang masih ingin mencintai,
walaupun mereka telah disakiti sebelumnya
dan Kepada mereka yang mempunyai keberanian
dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.

Jangan simpan kata-kata cinta pada
orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia
lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan
kata-kata cinta itu pada pusaranya.
Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan
dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.


Mungkin Alloh menginginkan kita bertemu dengan orang
yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat,
kita harus mengerti bagaimana berterimakasih

atas karunia tersebut.
Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis,
keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh,
penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat
dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintaiseseorang yang
tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah
mencintai seseorang dan kamu tidak pernah
memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.


Seandainya kamu ingin mencintai
atau memiliki hati seorang gadis,
ibaratkanlah seperti menyunting sekuntum mawar merah.
Kadangkala kamu mencium harum mawar tersebut,
tetapi kadangkala kamu terasa bisa duri mawar itu menusuk jari.....


Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah
ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu,
hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi
tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi.
Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang
mencintai kamu sepenuh hati,sehingga kamu kehilangannya.
Pada saat itu, tiada guna penyesalan karena
perginya tanpa berkata lagi.


Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia sekarang
dan bukan siapa dia sebelumnya.
Kisah silam tidak perlu diungkit lagi,
kiranya kamu benar-benar mencintainya setulus hati.


Hati-hati dengan cinta...,
karena cinta juga dapat membuat orang sehat jadi sakit,
orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila,
orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak,
jika cintanya itu disambut oleh para pecinta PALSU.

Kemungkinan apa yang kamu sayangi
atau cintai tersimpan keburukan didalamnya
dan kemungkinan apa yang kamu benci tersimpan kebaikan

didalamnya....


Cinta kepada harta artinya bakhil,
cinta kepada perempuan artinya alam,
cinta kepada diri artinya bijaksana,
cinta kepada mati artinya hidup dan
cinta kepada Alloh artinya Taqwa.


Lemparkan seorang yang bahagia dalam bercinta
kedalam laut, pasti ia akan membawa seekor ikan.
Lemparkan pula seorang yang gagal dalam bercinta
ke dalam gudang roti, pasti ia akan mati kelaparan.


Seandainya kamu dapat berbicara
dalam semua bahasa manusia dan alam,
tetapi tidak mempunyai perasaan cinta dan kasih,
dirimu tak ubah seperti gong yang bergaung
atau sekedar canang yang gemericing.


Cinta adalah keabadian ...
dan kenangan adalah hal terindah yang pernah dimiliki.

Siapapun pandai menghayati cinta.....,
tapi tak seorangpun pandai menilai cinta
karena cinta bukanlah suatu objek yang bisa dilihat
oleh kasat mata,
sebaliknya cinta hanya dapat dirasakan melalui hati
dan perasaan.


Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu,
membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya
serta membuat budak menjadi pemimpin.
Inilah dahsyatnya cinta....


Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang kamu cintai
menjadi dirinya sendiri...
dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan.
Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri
yang kamu temukan didalam dirinya.


Kamu tidak akan pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta.
Namun apabila sampai saatnya itu...,
raihlah dengan kedua tanganmu dan jangan biarkan
dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya.


Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan
dari mulut kemulut....
tetapi cinta adalah
anugerah Tuhan yang terindah dan suci
jika manusia dapat menilai kesuciannya.

Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga memang mudah.
Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai
itulah yang sukar diperoleh.


Jika saja kehadiran cinta sekedar untuk mengecewakan,

lebih baik cinta itu tak pernah hadir

Izinkan diriku Yaa Robb...!!!


Izinkan aku Yaa Robb....!!

Ya Allah...Seandainya telah Engkau catatkan dia akan menjadi teman menapaki hidup Satukanlah hatinya dengan hatiku Titipkanlah kebahagiaan diantara kami Agar kemesraan itu abadi Dan ya Alloh... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi Seiringkanlah kami melayari hidup ini Ke tepian yang sejahtera nan abadi akan tetapi ya Robb...Seandainya telah Engkau takdirkan......Dia bukan jodohku Bawalah ia jauh dari pandanganku Luputkanlah ia dari ingatanku Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku Dan peliharalah aku dari kekecewaan. ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti hati-hati kami...Berikanlah aku kekuatan Melontar bayangannya jauh ke dada langit Hilang bersama senja nan merah Agar aku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya ya Robb yang menggenggam CINTA...Gantikanlah yang telah hilang Tumbuhkanlah kembali yang telah patah Walaupun tidak sama dengan dirinya.... Ya Allah ya Tuhanku...Pasrahkanlah aku dengan takdirMu Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan Adalah yang terbaik untukku Karena Engkau Maha Mengetahui Segala yang terbaik untuk hambaMu ini. Ya Alloh...Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku serta penolongku Di dunia dan di akhirat Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini, Jangan Engkau biarkan aku sendirian Di dunia ini maupun di akhirat Jangan biarkan aku terjerumus aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran. Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman kepada-Mu Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup menuju jalan yang Engkau ridloi serta karuniakanlah padaku keturunan yang soleh dan sholehah yang akan menjadi jundi-jundi yang menjadi pejuang bagi Agama-Mu Yaa Robb, Allohumma Amin... Ya Robbal 'Aalamin.


Saturday, September 15, 2007

Nasehat dari Seorang Sahabat


"Dik, jangan gegabah seperti itu, fikirkan dulu masak-masak . Sayang jika kau nodai apa yang sudah dengan susah payah kau bangun dan bina selama ini. Bersabarlah, saatnya pasti akan tiba. Saat yang telah diputuskan Allah sejak kau dalam rahim ibumu. Pada hari yang dijanjikan itu, pasti akan bersua jua dirimu dengannya."

Jodoh itu kan Allah yang mengaturnya. Kau tidak sendiri, dik! Masih banyak saudara-saudaramu yang usianya jauh lebih tua darimu juga belum diperkenankan Allah untuk memikul amanah itu...."

"Adikku sayang, bukan bererti kau tidak boleh mencari sendiri. Tetapi
kecenderungan rasa kita pada seseorang biasanya akan membutakan mata hati kita karena semua yang ada pada si dia akan terlihat begitu indah tanpa cela. Ingat, dik, sesal itu selalu datang diakhir cerita"

"Ya, berusahalah menjadi dermaga yang baik. Dermaga yang baik kan tidak selalunya dengan kriteria yang ideal seperti itu. Perbaiki dermagamu dengan
mempercantikkan akhlak, memperbanyak ibadah, meningkatkan potensi diri, dengan izin Allah pasti akan ada yang berlabuh juga."

"Memang.. sukar untuk dimengerti. Siapa yang tidak ingin berjodoh dengan wanita pilihan yang mempunyai tujuan hidup sama dengan kita. Wanita sholehah, yang akan menemani suami dan anak-anak ke syurga...Kalaulah pada akhirnya adik berjodoh dengan wanita yang ‘biasa-biasa’ saja, bukan sesuatu yang tidak mustahil kan kalau adik yang justru membimbing dia ke arah sana?"

"Dik, aku amat mengerti kegundahan hatimu, karena aku juga pernah mengalami masa-masa usia krisis sepertimu. Dalam keputus-asaan, aku mencoba mencari si dia dengan cara tersendiri, cari sana sini. Aku dulu pun mempunyai prinsip yang sama denganmu, bertekat akan bimbing si dia menjadi wanita yang sholehah. Mencari-cari waktu agar sering bersama, mengenalkan si dia lebih jauh dengan Islam. Meski tak pernah dijamaah, tetapi itu namanya sudah berdua-duaan, berkhalwat!

Lalu, semua berakhir mengecewakan, si dia tidak seperti yang diharapkan.
Mudahnya berpaling ke laki-laki lain, karena dengan aku banyak yang tak bolehnya. Begitu seterusnya, beberapa bahkan ada yang sudah mempunyai asas keagamaan sebelum berkenalan. Mereka sempat membuat hari-hariku begitu berbunga-bunga, sekaligus menderita! Karena semua bunga itu palsu, dan tidak akan pernah menjadi buah. Aku merasa letih, penat! Ternyata apa yang aku harapkan dengan melanggar takdir itu pun tidak pernah membuahkan hasil. Aku telah menconteng muka sendiri, hina rasanya dimata Allah, dan malu dengan teman-teman seperjuangan. Tetapi Allah Maha Pemurah dan Penyayang, Allah mengirimkan seorang wanita pilihanNya, seorang yang begitu baik untuk aku. Ketahuilah dik, rasa bersalah itu tidak pernah hilang, meskipun WANITA (istriku) ikhlas dan mau mengerti dengan "story" aku sebelum menikah dengannya."

"Lalu aku harus bagaimana mengisi hari-hari sendiri? Hampa rasanya, ilmu-ilmu yang adik terima tentang membina rumahtangga sakinah, tentang mendidik dan membina anak, semua itu hanya tinggal sebuah teori indah dalam khayal. Mubazir, karena tidak jelas bila akan dilakukan. Bagaimana jika hingga akhir hayat adik ditakdirkan tetap bersendirian, karaena wanita pilihan itu tak kunjung tiba?"

"Adikku sayang, percayalah pada takdir Allah dan bersabarlah. Mungkin Allah belum mengabulkan doa-doamu karena belum kau panjatkan dengan segenap kepasrahan, belum kau lepas keangkuhanmu karena kau berusaha menerjang ketetapanNya yang berlaku bagimu. Mungkin juga kau belum tinggalkan segala perkara yang mendekati kemaksiatan. Itulah yang menjauhkan terkabulnya doa-doa kita, dik. Ketahuilah jika Allah memang berkehendak, jodoh adik boleh datang tanpa disangka dan diduga. Akan tetapi jika kehendak Allah sebaliknya, InsyaAllah, itulah perkara terbaik yang ditetapkan Allah bagi dirimu. Mungkin, Allah berkehendak memperjodohkan adik dengan bidadarinya disyurga kelak " Amiin...Allohumma Amiin.

Kesedihan dan Ketentraman Hati



















Ya kawan, suatu sore yang indah ini
Aku seperti biasa
Masih diberi kehidupan oleh Yang MahaKuasa
Bersyukurlah aku ini, kawan
Atas karunia dan kasih sayang Alloh
Yang tidak bisa diukur dan dihitung
Oleh diriku ini sebagai hamba-Nya

Dan ada perasaan lain yang singgah di hati, teman
Tahukah hal yang singgah di hati, teman?
Ada perasaan negatif, teman…
Sedih memang hatiku, galau juga, cemas, gemes…
Akan keramaian orang-orang di sekitar aku
Dan aku kurang bisa kontak mata
Untuk komunikasi dengan mereka
Yang tak lain teman-teman dikosan
Aku memang ......(kawan-kawanku pasti tau bagaimana aku ^_^...)

Di sisi lain, teman
Kelucuan kata-kata mereka…
Mampu membuat bibir ini tersenyum
Keceriaan mereka ikut mewarnai hari-hariku
Ingin diri ini bersatu dengan keceriaan mereka

Dan ketika aku berhadapan dengan mereka
Aku berusaha menyiasati kegalauan hatiku
Dengan berdoa kepada-Nya
dan yakin dalam hati
“Tenanglah, tenang, jangan takut, tenang…”
Dan alhamdulillah, aku bisa…

Ya Tuhan…kini yakinlah hatiku

Sesudah kesulitan ada kemudahan…

Dan Engkau tiada beri hamba cobaan

Di luar kemampuan yang hamba punya

Amin…Allohumma Amiin.


Teologi CINTA


SEBAGAI lelaki normal, aku sangat mengaguminya. Selain berparas ayu, dia hampir memiliki segala kelebihan yang memang sangat patut dikagumi, terutama oleh para lelaki yang mendambakan kenikmatan cinta yang sejati.

Kalau bicara, tutur katanya halus, lembut, dan indah. Dia hampir tak pernah sekali pun merajuk sebagaimana umumnya gadis-gadis sebayanya. Dia juga tak pernah bermanja-manja kepada siapa saja. Dia pun tak pernah mengumbar emosinya sehingga uring-uringan, marah, memaki, mengumpat, menghina, mencela, dan sebagainya sama sekali tak pernah dia lakukan. Dan, dia juga selalu “on” untuk diajak berbicara tentang apa saja. Dia memang nyaris sempurna sebagai seorang manusia, sebagai seorang gadis, sebagai seorang anak, sebagai seorang sahabat, dan sebagainya. Masya Allah!!!

“Aku sangat mengagumimu dan mencintaimu. Lahir dan batin. Jasmani dan rohani. Hidup dan mati. Dalam suka maupun duka,” kataku berterus terang, dalam suatu kesempatan tatap muka dengannya. “Cinta yang keberapa yang kamu berikan kepadaku?” tanyanya, sambil menyunggingkan sebuah senyum yang amat manis.

“Tentu saja, cinta yang pertama sekaligus terakhir. Cinta yang utama dan segala-galanya. Setitik pun tidak ada cinta yang tertinggal, semua kupersembahkan hanya kepadamu,” jawabku, dengan intonasi serta mimik sangat serius.

“Ah, jangan begitu! Aku justru tidak mau kalau cinta pertama itu kamu berikan kepadaku, apalagi hanya kepadaku. Juga, aku tidak mau kalau kamu menyerahkan segala-galanya kepadaku. Sekali lagi, aku tidak mau cinta seperti itu,” jawabnya, mantap. “Maksudmu?”

“Kamu harus tetap realistis. Kamu harus tetap menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jangan menempatkan sesuatu bukan pada tempat yang sebenarnya. Kamu tidak boleh fasik!” tuturnya, lembut namun menyentuh relung hatiku yang terdalam.

“Artinya?”
“Ya, aku hanya manusia biasa yang tak lepas dari cela. Aku bukan manusia sempurna, bahkan, mungkin, sangat jauh dari sempurna. Kalau pun manusia sempurna, aku masih juga belum berhak dan pantas menerima cinta pertama dari siapa pun. Juga penyerahan atas segalanya dari siapa saja, aku tak berhak menerima, dan karena itu aku wajib menolaknya,” jelasnya.

“Lalu…lalu…lalu…?”
“Ya sudah, titik. Tidak boleh lalu, lalu.” “Aku masih belum paham maksudmu”. “Belum paham atau tak mau paham?”
Aku diam. Namun, hatiku bergejolak. Aku penasaran. Ingin rasanya segera mendapatkan jawaban yang melegakan dari dia.

“Kamu orang beragama kan?” tanyanya, menyengat hatiku.
“Ya, tentu!”, jawabku dengan nada agak tinggi, namun masih dalam kendali kesabaran. “Kamu juga orang beriman kan?”
“Ya, pasti!”, jawabku dengan rasa dongkol di dalam hati, namun kedongkolan itu kubungkus rapat-rapat dengan daun-daun kesabaran dan ketabahan. “Kalau begitu, Kamu pasti yakin dan percaya kepada Alloh kan?” “Ya, otomatis,” jawabku dengan kedongkolan yang semakin sulit kututupi. “Apakah Kamu mencintai Alloh?”

“Sangat cinta!”, jawabku sambil berupaya keras untuk memegang teguh kesabaran dan kedewasaan berpikir. “Cinta yang keberapa yang Kamu berikan kepada Alloh?” Aku terdiam. Berpikir dalam-dalam, berintrospeksi. Aku sadar bahwa cinta yang seharusnya kupersembahkan kepada Alloh adalah cinta yang pertama dan utama. Aku juga sadar bahwa yang seharusnya menerima dan berhak atas segala penyerahanku hanyalah kepada Alloh. Dan, kini aku pun benar-benar paham mengapa dia menolak cinta pertamaku dan segala penyerahanku.

“Sudah paham?” tanyanya, mengejar. “Sudah,” jawabku, pendek, dan tanpa sedikit pun rasa dongkol. “Apakah Kamu masih tetap ingin menyerahkan cinta pertama Kamu kepadaku?” kejarnya.
“Tidak! Cinta pertama hanya pantas diberikan kepada Alloh,” jawabku.
Dia tersenyum tipis, yang kemudian perlahan-lahan senyum itu mengembang hingga menjadi sebuah tawa yang indah, bukan tawa yang terbahak-bahak. “Kalau begitu, cinta yang kupersembahkan kepadamu adalah cinta yang kedua, setelah cinta kepada Alloh,” lanjutku.

“Oh, jangan! Jangan! Jangan! Yang kedua pun aku belum berhak dan belum pantas menerimanya”. Aku kembali diam. Terpekur. Introspeksi lagi. Bertanya-tanya kepada hati sanubari, siapa gerangan yang paling berhak menerima cinta keduaku.

“Kamu percaya kepada utusan-utusan Alloh?” tanyanya, kemudian.
“Ya, saya percaya karena itu satu paket dengan percaya kepada Alloh,” jawabku.
“Kalau begitu, Sampean juga cinta kepada utusan Alloh yang paripurna?” lanjutnya. Lagi-lagi, aku terdiam, tersadar, dan terpekur. Aku tahu bahwa pertanyaan selanjutnya yang harus kujawab adalah “Cinta keberapa yang Kamu berikan kepada utusan Alloh yang paripurna itu?”

“Kok, nggak jawab, apa Kamu tidak cinta kepada utusan Alloh yang terakhir itu?” “Aku sangat mencintainya, dan karena itu, sekarang aku sadar bahwa cinta keduaku seharusnya untuk junjunganku itu,” jawabku.

“Kalau begitu, apakah Kamu akan memberikan cinta yang ketiga kepadaku?” kejarnya. Aku diam. Aku mencoba berpikir dalam-dalam. Aku yakin dia pasti akan menolak lagi jika itu kuutarakan. Pasti! “Aku benar-benar bodoh. Aku ingin tahu, cinta keberapa yang seharusnya kau inginkan dariku…??!” tanyaku.
“Yang keenam!” jawaban gadis itu, pendek.

“Lho, yang ketiga, keempat, dan kelima untuk siapa?” tanyaku, heran.
“Yang ketiga untuk jihad di jalan Alloh, yang keempat untuk Ibumu, dan yang kelima untuk Bapakmu,” jawabnya.

“Berarti, cinta yang kupersembahkan kepadamu harus merupakan sisa-sisa dari kelima cinta itu?” tanyaku.
“Cinta itu bukan benda padat, bukan benda cair, dan bukan pula benda gas. Cinta itu tidak akan pernah habis meski diberikan kepada siapa saja dalam kadar yang sangat besar sekalipun. Cinta juga bukan bilangan matematika. Cinta juga tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka-angka dan persentase”. Aku hanya mengangguk-angguk mendengarkan petuah cintanya. Aku semakin menyadari kebodohanku selama ini, terutama tentang cinta yang benar.

“Selama ini sangat banyak orang yang salah menempatkan cinta. Cinta kepada sesuatu diletakkan di atas cinta kepada ibu-bapaknya, di atas cinta kepada jihad di jalan Tuhan, di atas cinta kepada utusan Tuhan, dan bahkan di atas cinta kepada Tuhan sendiri. Karena itu, berjuta-juta pelanggaran cinta pun terjadi dan terus-menerus selalu terjadi di mana pun, kapan pun, dan dalam situasi-kondisi bagaimanapun. Orang tidak segan-segan durhaka kepada ibu-bapaknya, keluar dari jalan Tuhan,
keluar dari ajaran rasul, dan bahkan berani menantang Tuhan hanya karena cintanya yang sangat tidak proporsional kepada harta, tahta, wanita, keluarga, saudara, kolega, penguasa, dan sebagainya,” tuturnya, jelas dan tandas.

Kini aku semakin paham dan jelas akan makna teologi cinta yang semestinya, senyatanya, dan sebenarnya. Aku pun sadar bahwa selama ini aku belum mengenal teologi cinta yang benar itu. Selama ini wawasan cintaku sangat sempit, dangkal, dan rendah. Seiring dengan kesadaran itu, sebuah pemikiran jernih yang bersemayam di dalam sanubariku yang suci seketika itu pun
kontan melayang-layang mengitari alam bebas nan luas.

“Kesalahan menempatkan cinta itulah, sebenarnya, yang merupakan sumber segala malapetaka, musibah, dan bencana yang menimpa manusia. Kesalahan penempatan cinta oleh para pembuat atau penentu kebijakan pasti melahirkan kebijakan atau keputusan yang salah, yang pasti akan menimbulkan malapetaka, musibah, bencana, kehancuran, dan kebinasaan bagi siapa dan apa saja yang berada di dalam kawasan berlakunya kebijakan atau keputusan itu.”
“Kesalahan penempatan cinta oleh para pembuat dan pelaksana kebijakan di bidang politik akan melahirkan kerusakan di bidang politik; kesalahan penempatan cinta oleh para pembuat dan pelaksana kebijakan di bidang hukum akan melahirkan kerusakan di bidang hukum; serta kesalahan penempatan cinta oleh para pembuat dan pelaksana kebijakan di bidang ekonomi akan melahirkan kerusakan di bidang ekonomi. Demikian pula kesalahan penempatan cinta oleh para pembuat dan pelaksana kebijakan di bidang-bidang lainnya Ðsosial, budaya, pertahanan-keamanan, lingkungan hidup, hak asasi manusia, dan sebagainya, pasti akan melahirkan kerusakan, kehancuran, dan kebinasaan bagi siapa dan apa saja yang berada dalam kawasan berlakunya kebijakan itu.”

Begitu pemikiran jernihku berhenti melayang-layang di alam bebas nan luas, aku pun merasa telah sampai di suatu titik kesadaran yang setinggi-tingginya. Tiba-tiba, dari dalam sanubariku tercetus ikrar kesetian kepada Tuhan, pencipta sekaligus pemilik kebenaran dan kebaikan hakiki dan sejati.

“Mulai saat ini, hamba-Mu yang lemah dan sering zalim ini akan selalu berupaya sekuat tenaga untuk menempatkan cinta kepada-Mu di tempat yang pertama, utama, dan tertinggi. Dan, hamba juga akan berusaha sekuat tenaga untuk senantiasa menempatkan cinta kepada selain Engkau di tempat yang sebenarnya dan semestinya.”

Thursday, September 13, 2007

Sepenggal Do'a Untukmu


Robb,...
Aku datang pada Mu dengan penuh kepasrahan
Ketika dihadapkan kepada pilihan terberat

Robb,...
Beri ketetapan hati untukku
Hati yang terbaik yang sama-sama kita lihat
Hati yang bukan saja menyejukkan dalam pandanganku
Tapi hati yang telah kau lihat sampai menembus relung kalbunya...

Alloh yang Maha Kuasa atas segala-galanya,
Maha melihat masa depan,
Maha mengetahui yang akan terjadi
Engkau jua yang mengetahui keinginan terdalam yang terbesit dihatiku

Yaa Alloh Yaa Rahmaan Yaa Rahiim,...
Jika mendambanya adalah kesalahan
dan merindunya adalah kekeliruan
Tolong jangan biarkan hati ini terbuai dalam keindahan fatamorgana yang semu...

Jika kesempurnaannya bukan untukku...
Tolong bawa jauh dari relung hati ini...
Hapuskan khayalan keindahan tentangnya
dan jangan biarkan aku terlena dalam keindahannya...
Gantikan aku dengan kesempurnaan yang sebenarnya untuk dia

Tapi Wahai Tuhanku Almalikul Qudduus,...
Jika kesempurnaanku adalah bersamanya
Beri aku kekuatan menentukan pilihan
Beri aku kesabaran dalam menjalani proses menggapainya
Jika dia memang untukku...
Jangan biarkan aku menyerah & terpuruk dalam belenggu masa lalu............

Smoga kau ridhoi kami untuk bersatu
Mengarungi sisa umur...
Menapaki jalan kearah Mu...
Dan melukis keindahan untuk dunia dan akhirat kami...

Tolong beri kesabaran yang penuh...
dalam melalui detik-detik waktu yang berjalan...

Allohumma Amiin...Yaa Robbal 'Aalamiin.

Sunday, September 9, 2007

Seperti Rasul-Mu, Jadikanlah Rendah Hatiku


Setiap pohon yang tidak berbuah, seperti pohon pinus dan pohon cemara, tumbuh tinggi dan lurus, mengangkat kepalanya ke atas, dan semua cabangnya mengarah ke atas. Sedangkan semua pohonnya yang berbuah menundukkan

kepala mereka, dan cabang-cabang mereka mengembang ke samping.

Rasulullah adalah orang yang paling rendah hati, meskipun dia memiliki segala kebajikan dan keutamaan orang-orang dahulu kala dan orang-orang sekarang, dia seperti sebuah pohon yang berbuah. Menurut sebuah riwayat, beliau bersabda: “Aku diperintahkan untuk menunjukkan perhatian kepada semua manusia, untuk bersikap baik hati kepada mereka. Tidak ada Nabi yang sedemikian diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh manusia selain aku.
Kita tahu bahwa beliau dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak. Beliau di hina, dan di siksa dengan keji. Namun beliau tetap saja berdoa, “Wahai Allah, Tuhan kami, bimbinglah umatku ke jalan yang lurus, sebab mereka tidak mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Ketika Makkah berhasil ditaklukkan, beliau berkata kepada orang-orang yang pernah menyiksanya: “Bagaimanakah menurut kalian, apakah yang akan kulakukan terhadapmu?
Mereka menangis dan berkata: “Engkau adalah saudara yang mulia, putra saudara yang mulia.Nabi SAW bersabda:“Pergilah kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan. Semoga Allah mengampuni kalian(HR. Thabari, Baihaqi, Ibnu Hibban, dan Syafi).

Abu Sufyan bin Harits, sepupu beliau, lari dengan membawa semua anak-anaknya karena pernah menyakiti Rasul SAW, maka Ali bin Abi Thalib ra bertanya kepadanya: Å“Hai Abu Sufyan, hendak pergi kemanakah kamu?Ia menjawab: “Aku akan keluar ke padang sahara. Biarlah aku dan anak-anakku mati karena lapar, haus, dan tidak berpakaian.â€Â� Ali Bertanya: “Mengapa kamu lakukan itu?� Ia menjawab: “Jika Muhammad menangkapku, niscaya dia akan mencincangku dengan pedang menjadi potongan-potongan kecil.Ali berkata: “Kembalilah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya dengan mengakui kenabiannya dan katakanlah kepadanya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf kepada Yusuf: ".Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).(Yusuf: 91).

Abu Sufyan pun kembali kepada Nabi SAW dan berdiri di dekat kepalanya, lalu mengucapkan salam kepada beliau seraya berkata: “Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan engkau atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa).(Yusuf: 91).

Rasulullah SAW pun menengadahkan pandangannya, sedang air matanya membasahi pipinya yang indah hingga membasahi jenggotnya.

Rasulullah menjawab dengan menyitir firman-Nya: Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu. Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.(Yusuf: 92).

Wahai sahabatku¦
Di dalam diri Rasulullah terdapat tanda-tanda kebesaran Allah. Aisyah ra mengatakan bahwa Rasulullah ibarat Al Quran yang berjalan. Setiap kata-kata yang keluar begitu menawan hati, melembutkan perasaan dan mengobarkan semangat juang. Segala tingkah lakunya mencerminkan kebaikan; pemaaf, santun, lemah lembut, banyak diam, banyak berpikir dan merenung, halus dalam bertutur kata, dan tegas dalam memegang prinsip kebenaran. “Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.(Al Qalam: 4).

Ya Allah Ya Tuhanku¦.
Aku tertunduk di atas kursi ini, dengan perasaan penuh tak tentu; memohon, mengharap dengan rasa cemas, rindu yang sebenar-benarnya rindu, cinta yang sebenar-benarnya cinta, petunjuk yang sebenar-benarnya petunjuk. Jadikanlah aku hamba yang lemah lembut dalam bertutur kata, santun dalam berpesan, mengiringi ilmu dengan amal, tidak dengki dengan kebahagiaan manusia, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan kemunafikan.

Wahai Allah Tuhanku¦
Aku dipekaranganMu, ditanahMu, di rumah yang engkau bina dengan nikmatMu.Seperti Rasul-Mu, jadikanlah aku hamba yang rendah hati.

Brlian-berlian Kepribadian Rosululloh SAW


Berlian yang pertama, adalah Rasulullah yang agung ini hidup Zuhud luar biasa. Ia ikhlas tidur diatas tikar kasar hingga garis tikar tadi membekas di punggungnya. Bahkan tak jarang ia mengikatkan batu ke perut untuk

menahan rasa laparnya. Ketika Alloh menawarkan kekayaan dunia, Nabi berakhlak paling mulia ini lebih memilih hidup Zuhud dan sederhana.
Rasulullah bersabda:

“Tuhanku menawarkan kepadaku bukit-bukit di Mekkah untuk dijadikan sebagai emas. Lalu saya menjawab : ”Hamba tidak mengharapkan itu semua wahai Tuhanku. Akan tetapi, saya lebih senang sehari lapar dan sehari kenyang. Tatkala kenyang, saya memuliakan dan bersyukur kepada-Mu. Sementara tatkala saya lapar,saya merendah dan berdoa kepada-Mu
.” (HR. Ahmad)


BERLIAN KEDUA

Perhatian dan keperdulian Beliau kepada para sahabatnya seperti matahari menyinari bumi. Jika ia tak melhat sahabatnya selama tiga hari, ia akan menanyakan keadaannya. Jika sang sahabat tidak ada di rumah, beliau mendo’akannya. Sementara bila sang sahabat berada di rumah, beliau mengunjunginya.



BERLIAN KETIGA

Kemulian akhlaknya bak rembulan di kegelapan malam. Beliau sangat menghormati dan menyayangi tetangga.Tidak ada yang meminta kepadanya, kecuali beliau mengabulkannya. Beliau tidak berbincang dengan seseorang, kecuali disertai harapan kebaikan baginya. Beliau juga sangat menghormati wanita dan menyayangi anak-anak. Jika berpapasan dengan sekumpulan kaum wanita beliau akan mengucapkan salam terlebih dahulu pada mereka. Ia juga mengucapkan salam pada anak-anak belia.

BERLIAN KEEMPAT

Rasulullah Yang mulia dan kesayangan Alloh ini seorang yang rendah hati serta tak pernah diam berpangku tangan. Beliau menambal sandalnya, menjahit sendiri pakaiannnya, memerah susu kambing peliharaannya dan mengerjakan sendiri semua keperluannya.

BERLIAN KELIMA

Beliau adalah suami paling manis dan romantis perlakuan pada istri-istrinya.Ini seperti digambarkan Aisyah dengan indah : “Para tentara berkumpul dan menari di mesjid pada hari raya. Lalu Nabi memanggilku. Saya menyandarkan kepala saya di pundak beliau. Dengan begitu saya bisa melihat permainan mereka sampai saya puas melihatnya.” (HR. MUSLIM)



BERLIAN KEENAM

Nabi Pilihan dan teladan manusia sepanjang jaman ini sangat menghormati pelayannya. Ia memperlakukan mereka dengan akhlaknya yang bak kilauan berlian di tengah samudera kehidupan. Anas menuturkan : ”Selama sepuluh tahun saya menjadi pelayan Rasulullah SAW, tidak pernah sama sekali beliau mencela saya,memukul, atau membentak saya. Beliau tidak pernah bermuka masam pada saya. Beliau juga tidak pernah mencaci maki saya karena keterlambatan saya
dalam melaksanakan suruhannya.”
(HR. AHMAD)



BERLIAN KETUJUH

Akhlak beliau merupakan perwujudan Al Qur,an, kepribadiannya merupakan samudera berlian sepanjang jaman. Abu Abdillah Al-jadali bertanya kepada Aisyah : “Bagaimana akhlak Rasulullah SAW menurut istri-istrinya?” Aisyah menjawab : “Beliau adalah manusia yang paling baik budi pekertinya, Tidak pernah berbuat keji, kotor atau licik ketika di pasar. Beliaupun tidak pernah membalas keburukan atau aniaya orang lain dengan hal yang serupa, karena beliau seorang pemaaf dan toleran.” (HR. Bukhari)



BERLIAN KEDELAPAN

Beliau menjauhkan diri dari tiga hal: debat kusir, banyak bicara, dan segala sesuatu yang tidak bermanfaat. Selain itu, beliau juga mengiginkan manusia menjauhi tiga hal yaitu: tidak mencela orang lain, tidak mengungkap aibnya serta tidak mencari-cari kesalahannya.



BERLIAN KESEMBILAN

Kecintaannya pada orang-orang papa seperti air bening mengalir sepanjang kesejukan pegunungan. Ia berjalan akrab dengan para janda serta para kaum fakir miskin. Adakalanya dengan penuh cinta beliau menjahitkan sandal buat orang-orang papa serta menjahitkan pakaian untuk para janda.


BERLIAN KESEPULUH

Rasulullah SAW adalah orang banyak berzikir dan menghindari diri dari perkataan yang sia-sia. Banyak diam, mengawali dan mengakhiri perkataan dengan bahasa yang fasih sekali. Berbicara dengan bahasa yang singkat dan jelas tapi mempunyai makna yang sangat luas. Berbicara dengan perlahan dan tidak berlebihan.



BERLIAN KESEBELAS

Rasulullah adalah orang yang paling bersyukur kepada Allah. Walau beliau sudah mendapat jaminan Sorga dan mendapat ampunan segala dosanya. Beliau tetap taat melaksanakan ibadah hingga telapak kakinya pecah-pecah serta betisnya membengkak. Ketika Aisyah, Istri terkasih bertanya, mengapa tetap beribadah, padahal dosa-dosa beliau sudah diampuni Illahi Rabbi. Dengan indahnya Rasulullah menjawab : “Wahai Aisyah tercinta, bukankah seharusnya saya menjadi hamba yang selalu penuh syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa.”


Sembilan Renungan Hidup


Kita bangun tidur di waktu subuh dan kemudian membasuh wajah dengan air wudlu yang segar. Sesudah melaksanakan sholat dan berdoa. Cobalah menghadap cermin di dinding. Di sana kita mulai meneliti diri :

1.Lihatlah kepala kita!

Apakah ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap kepasrahan seorang hamba fana tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Perkasa, atau ia tetap tengadah dengan segenap keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan seorang manusia di dalam pikirannya?


2. Lihatlah mata kita!

Apakah ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan ciptaan-ciptaan Allah Yang Maha Kuasa, atau kita gunakan untuk melihat segala pemandangan dan kemaksiatan yang dilarang?


3. Lihatlah telinga Kita!

Apakah ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara adzan, bacaan Al Qur’an, seruan kebaikan, atau kita gunakan buat mendengarkan suara-suara yang sia-sia tiada bermakna?


4. Lihatlah hidung Kita!

Apakah sudah kita gunakan untuk mencium sajadah yang terhampar di tempat sholat, mencium istri, suami dan anak-anak tercinta serta mencium kepala anak-anak papa yang kehilangan cinta bunda dan ayahnya?


5. Lihatlah mulut kita!

Apakah sudah kita gunakan untuk mengatakan kebenaran dan kebaikan, nasehat-nasehat bermanfaat serta kata-kata bermakna atau kita gunakan untuk mengatakan kata-kata tak berguna dan berbisa, mengeluarkan tahafaul lisan alias penyakit lisan seperti: bergibah, memfitnah, mengadu domba, berdusta bahkan menyakiti hati sesama?


6. Lihatlah tangan Kita!

Apakah sudah kita gunakan buat bersedekah, membantu sesama yang kena musibah, mencipta karya-karya yang berguna atau kita gunakan untuk mencuri, korupsi, menzalimi orang lain serta merampas hak-hak serta harta-harta orang yang tak berdaya?


7. Lihatlah kaki Kita!

Apakah sudah kita gunakan untuk melangkah ke tempat ibadah, ke tempat menuntut ilmu bermutu, ke tempat-tempat pengajian yang kian mendekatkan perasaan kepada Allah Yang Maha Penyayang atau kita gunakan untuk melangkah ke tempat maksiat dan kejahatan?


8. Lihatlah dada Kita!

Apakah di dalamnya tersimpan perasaan yang lapang,sabar, tawakal dan keikhlasan serta perasaan selalu bersyukur kepada Allah Yang Maha Bijaksana, atau di dalamnya tertanam ladang jiwa yang tumbuh subur daun-daun takabur, biji-biji bakhil, benih iri hati dan dengki serta pepohonan berbuah riya?


9. Lihatlah diri kita!

Apakah kita sering tadabur, Tafakur dan selalu bersyukur pada karunia yang kita terima dari Allah Yang Maha Perkasa?


Wednesday, September 5, 2007

Nabi Muhammad Dalam Kitab Suci Dunia


Bagi sahabat-sahabat yang ingin mengetahui bagaimana junjungan kita Nabi Muhammad SAW dalam pandangan kitab-kitab agama se-Dunia.......???? sahabat bisa men-DOWNLOAD artikelnya dalam bentuk .chm semoga informasi ini dapat dapat bermanfaat bagi sahabat-sahabat....

Wahai Sahabatku


"Aku mencintai sahabatku dengan segenap jiwa ragaku, seakan-akan aku mencintai sanak saudaraku. Sahabat yang baik adalah yang sering sejalan denganku dan yang menjaga nama baikku ketika aku hidup atau selepas aku mati. Aku selalu berharap mendapatkan sahabat sejati yang tidak luntur baik dalam keadaan suka atau duka. Jika itu aku dapatkan, aku berjanji akan selalu setia padanya. Kuhulurkan tangan kepada sahabatku untuk berkenalan kerana aku akan berasa senang. Semakin ramai aku peroleh sahabat, aku semakin percaya diri"

[Imam as-Syafie]